❤️ Garis Waktu ❤️



Dulu saya sama seperti kalian. Tidak suka baca buku. Buat apa baca buku? Mending nongkrong sama teman, ngebucin di sosmed atau mungkin nonton drakor sampai matanya sembab. Tapi setelah di pikir pikir, bosan juga sih kalau tiap hari harus merepetisi hal yang sama.

Haha kaget? Memang seperti itu. Saya tipikal orang yang mudah bosan tapi  saya tau caranya memendam kebosanan makanya tidak terlihat kalau sebenarnya saya sedang bosan. 

Hari ini saya sedang mood untuk mereview buku, mungkin kalian minat juga untuk membaca buku ini. Bukunya kalian bisa dapatkan di Gramedia atau platform seperti Z.library.com. 



Judul buku: Garis Waktu
Penulis: Fiersa Besari
Penerbit: Mediakita
Tebal buku: 212 halaman
Tahun Terbit: 2016

SINOPSIS :
“Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan pegangan.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat mundur pada titik-titik kenangan tertentu.
Maka, ikhlaskan saja kalau begitu.
Karena sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu adalah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan.”

REVIEW :

Buku ini merupakan karya pertama dari seorang penulis bernama Fiersa Besari (yang akrab disapa sebagai “Bung”). Pertama kali dengar namanya, saya mengira bahwa dia adalah perempuan. 😂 

Awalnya, Fiersa Besari hanya  menganggap tulisannya sebagai curahan hati yang dia tulis di sosial media, seperti Facebook, Twitter, Blogspot. Lalu muncullah ide untuk mengumpulkan tulisan tersebut dan menyusunnya menjadi buku. Dari ide tersebut, dia merajut kembali cerita yang sudah ada, dipadu padan dan direlasikan. “Garis Waktu” terpilih sebagai judul karena mampu merepresentasikan titik-titik peristiwa penting sang ‘aku’ dengan ‘kamu’.

Pertama kali baca buku ini, saya mengira kalau buku ini adalah novel. Ternyata bukan! Kalau menurutku, ini semacam prosa yang dirangkai dengan alur yang sudah disusun rapi dan di balut dengan kata kata romantis . Dalam buku ini, penulis menggambarkan tokohnya menggunakan sudut pandang orang pertama, membuat pembaca seperti diajak untuk merasakan hal yang sedang dibaca.

Ketika masuk pada bab pertama (yang dituliskan dengan istilah “tahun”), kita disuguhkan dengan masa-masa perkenalan dan debar-debar dalam dada. Dan ketika debar dalam dada itu mengalahkan logikamu, cerminmu seperti mengejek, “Makan itu cinta” katanya puas (hal. 16). Memasuki bab kedua dan sampai akhir, kita akan diajak menyelami masa-masa menanti, kasmaran, dan patah hati, lalu menyembuhkan luka serta mengikhlaskan. Buku ini tidak hanya mengemas soal ‘aku’ dan ‘kamu’ semata, tetapi juga mengemas tentang keluarga dan sahabat.

Tulisannya menyentuh, menyayat hati, sekaligus membuat perenungan. buku ini bikin baper, sampai sampai ketika membaca buku ini saya suka senyam senyum sendiri. Menurut ku di saat badmood membaca buku "Garis Waktu" menjadi pilihan yang tepat.  

Pemilihan kata yang tepat dan  penggunaan kosakata yang mudah dipahami, menjadikan buku ini sebagai bacaan yang ringan.

Saya suka sama konsep desain sampul yang clean dan kesan fotografi-nya juga memberikan nilai tambah dalam buku ini. Dipadu dengan kalimat magis “Sebuah Perjalanan Menghapus Luka”, membuat saya seolah tersihir untuk segera membaca bukunya.

Saya sangat merekomendasikan buku ini  untuk kamu yang suka bacaan yang puitis sekaligus galau, wkwk 😂 Dari buku ini, saya sangat suka  sama bagian mengikhlaskan, soalnya pengalaman 🤭#eh maksudku karena itu berkesan sekali,🌚🤏

 melepaskan sesuatu yang memang bukan ditakdirkan untuk kita itu berat dan menyakitkan, tapi terlepas dari itu, ada banyak hikmah yang kita dapat, setidaknya beban dalam hatimu berkurang. Haha jadi baper eu.-____-

Saya kasih bintang 4,3 untuk buku ini . Pokoknya the best lah. Kalian Wajib baca

✨THE BEST QUOTES✨
“Darimu aku belajar menjadi lebih baik.
Denganmu aku belajar untuk melakukan yang terbaik.
Tanpamu aku belajar untuk memperbaiki.”
(hal. 167) .

" Titik terberat yang pernah aku lalui adalah Mengikhlaskan mu dan pencarian yang tidak akan ada ujungnya adalah mencari bayanganmu "
#Mirmawatithamrin 

 
Kalau baca buku ini, saya merasa seperti bernostalgia ke tahun 2019 tepatnya di bulan Desember. Saat itu saya harus mengikhlaskan pria yang saya kagumi sejak SMP. Hehe.. mungkin benar yah cinta itu tidak harus memiliki dan titik tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan.

Terima kasih sudah mau mampir 🍂

Komentar

Anonim mengatakan…
Di tunggu postingan selanjutnya beb:)
mirnawatithamrin13 mengatakan…
Okey jangan bosan bosan mampir kesini yoh

Postingan Populer