✨ada apa dengan pendidikan di Indonesia? ✨
Terkadang masih sering terbesit di pikiran kita terkait pendidikan Indonesia.Tidak jarang kita sering menganggap bahwa mengapa generasi muda Sekarang sudah tidak mementingkan pendidikan? Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa buat apa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi kalau seandainya mereka bisa memperoleh pekerjaan tanpa ijazah sarjana. " Kita kuliah untuk memperoleh ijazah,ijazah di pakai untuk kerja dan kerja untuk dapat uang. Posisinya sekarang,saya sudah bekerja dan sudah dapat uang jadi buat apa capek capek kuliah?"
Itulah pertanyaan yang masih sering di lontarkan oleh beberapa orang. Padahal sebenarnya posisi antara orang yang memperoleh pekerjaan dengan ijazah dan tanpa ijazah jelas berbeda posisinya.
Berbicara soal skill, benar bahwa si dunia kerja skill sangat di butuhkan namun, apa gunanya skill jika tidak di barengi dengan ilmu? Dan begitupun dengan ilmu apa gunanya ilmu jika tidak bisa di implementasikan dalam kehidupan?
Lantas bagaimana sih sebenarnya pendidikan di Indonesia sampai tidak terlalu menarik di mata sebagian generasi muda terutama generasi yang tinggalnya di daerah pedesaan. Apakah ada permasalahan dalam pendidikan di Indonesia?
Saya rasa ini adalah topik yang menarik untuk di bahas ayok simak penjelasan nya !
Pendidikan merupakan suatu kegiatan bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Jadi, pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan masa yang akan datang. Dan untuk pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
A. faktor - faktor yang mempengaruhi dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya dalam pendidikan
Pendidikan merupakan tonggak utama kemajuan suatu bangsa. Dengan
pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pembaharuan di bidang pendidikan demi kemajuan suatu bangsa harus selalu dilakukan agar dapat menciptakan kualitas pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.
Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara
(Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan pengertian Pendidikan yaitu
tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan harus menyesuaikan diri dan lebih tanggap terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan perwujudan masyarakat yang berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam menyiapkan peserta didik menjadi subyek yang semakin berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional (Mulyasa, 2004:3).
Kurikulum 2004 menyatakan” Pendidikan Sains diharapkan untuk dapat mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar”.
Dari pernyataan di atas, tersirat
bahwa pembelajaran sains tidak hanya menitik beratkan pada penguasaan konsep saja, tetapi juga peningkatan dan pengembangan sikap, keterampilan sehingga siswa mampu memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan konsep-konsep
sains sangat tergantung pada proses belajar yang dirancang guru dalam melibatkan siswa selama pembelajaran. Dalam hal ini guru yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai evaluasi sehingga guru harus mampu memahami, merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang akan diterapkan.
Hasil belajar banyak dipengaruhi oleh beberapa komponen dalam kegiatan
belajar mengajar, antara lain bagaimana cara menyampaikan materi, metode belajar yang diterapkan, media pembelajaran yang digunakan, serta bagaimana interaksi yang terjalin antara guru dan siswa untuk menciptakan komunikasi dua arah. Sehingga dengan persiapan dari komponen belajar mengajar yang terprogram, guru dapat mengorganisasikan siswa dalam kegiatan belajar yang kondusif dan mengukur
keberhasilan atau hasil belajar siswa yaitu dengan guru memberikan evaluasi belajar
yang obyektif
Pelayanan konseling adalah salah satu layanan yang diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar untuk mermbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Peserta didik dalam mencapai prestasi memiliki kesulitan masing-masing. Permasalahan tersebut berasal dari dalam diri maupun dari luar diri peserta didik.
Contoh permasalahan dari dalam diri pesertadidik adalah kurang rasa percaya diri, minder, mudah marah dan mudah putus asa.
Contoh permasalahn dari luar adalah lingkungan keluarga, cara belajar, perhatian, pergaulan dan kebiasaan peserta didik. Semua permasalahan tersebut dapat
berpengaruh terhadap prestasi peserta didik.
B. Permasalahan Pokok Pendidikan
Pendidikan adalah tonggak kemajuan bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu
merupakan cita-cita yang ingin di capai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Indonesia adalah salah satu Negara berkembang di dunia yang masih mempunyai masalah besar dalam dunia pendidikan. Kita mempunyai tujuan bernegara "mencerdaskan kehidupan bangsa" yang seharusnya jadi sumbu perkembangan pembangunan kesejahteraan dan kebudayaan bangsa. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu
"problem". Masalah adalah segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan.
Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang
dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan. Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita hadapai saat ini, yaitu:
1. Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang antap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
C. Jenis Permasalahan Pendidikan
Berdasarkan analisa dari badan pendidikan dunia (UNESCO), kualitas para
guru Indonesia menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca,
Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dari sinilah penulis mencoba untuk membahas lebih dalam mengenai pendidikan di Indonesia dan segala dinamikanya.
Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu
diprioritaskan penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan
pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan.
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan
dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan. Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional misalnya
pembangunan gedung sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka.
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga
daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Pada sisi ini, sepintas dapat dipahami bahwa selama ini belum semua
masyarakat bangsa Indonesia dapat merasakan manisnya pendidikan. Jika hendak dicermati, maka persoalan pemerataan pendidikan setidaknya disebabkan oleh (1) Perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat; (2) Perbedaan fasilitas pendidikan; (3) Sebaran sekolah tidak merata; (4) Nilai masuk sebuah sekolah dengan standart tinggi; (5) Rayonisasi. (Idrus, 2016). Yang paling utama permasalahannya di Indonesia adalah tingkat ekonomi. Semakin rendah tingkat ekonomi masyarakat, maka peluang untuk mendapatkan pendidikan yang tenaga pengajarnya berkualitas semakin kecil. Serta fasilitas dalam
pendidikan juga dapat diukur dengan uang. Semakin mahal sekolah, biasanya akan semakin memadai fasilitas yang ada. Iklan “pendidikan gratis” telah membawa
anggapan bagi masyarakat untuk tidak mengeluarkan biaya sepeser pun padahal
dalam kenyataannya tidak demikian (Mujahidun, 2017) Anggapan seperti ini salah karna pendidikan pada realita mengeluarkan uang, mulai dari biaya seragam, sumbangan pembangunan, dan lain-lainnya.
Bagi orang yang tidak mampu atau di
kawasan tertinggal akan memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan dan
menyebabkan tidak meratanya pendidikan di Indonesia. Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan
menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib
mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang
dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.
2. Mutu dan Relevan Pendidikan
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya
kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat
dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang
sangat mendasar.
Kinerja guru merupakan serangkaian hasil dari proses dalam melaksanakan
pekerjaannya yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model pembelajaran baru atau memunculkan kreasi baru akan membedakan dirinya dengan guru lain. (Saptono, 2017)
Itulah sebabnya seorang tenaga pengajar harus mengedepankan kreativitas agar mendapatkan mutu yang baik dan berpengaruh positif terhadap rangkaian pembelajaran, hal ini akan berpengaruh juga terhadap kecepatan daya tangkap suatu ilmu yang dicerna oleh peserta didik selama proses pembelajaran.
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf
seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh
lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian
dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unuk
kerja(performance test). Lazimnya sesudah itu masih dilakukan pelatihan/ pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di lapangan.
Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang tidak optimal menghasilkan skor ujian yang baik maka hampir dipastikan bahwa hasil ujian belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran bahkan juga masyarakat sekitar. Seberapa besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan, sangat terkandung kepada kualitas komponen dan kerja samanya serta mobilitas komponen yang mengarah kepada pencapaian tujuan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu.
Di dalam Tap MPR RI 1998 tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan dan matematika. (BP-7 Pusat 1989:68).
umumnya kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di
daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah
perkotaan. Acuan usaha pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar sistem,
pendidikan khususnya sistem persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota dan desa) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi halhal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manjemen sebagai
berikut:
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk
SLTA dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut,
misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok
studi seperti PKG dan lain-lain.
c. Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi materi yang lebih
esensial dan mengandung muatan lokal, metode yang menantang
menggairahkan belajardan melaksanakan evaluasi yang beracuan PAP.
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk
belajar.
e. Penyempurnaan saran belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan
peralatan laboratorium.
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
g. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-kegiatan:
a) Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
b) Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan pengawas.
c) Sistem ujian nasional/negara seperti Ebtanas, Sipenmaru/UMPTN.
d) Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu
lembaga.
3. Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan
sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan
produktifitas pendidikan yang optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan
pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala sumberdaya
yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran
di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan
menghasilkan masalah lain seperti pengangguran. Masalah ini meliputi
pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga kerja. Penggunaan
prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan kurikulum. Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensinya berarti rendah.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah:
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan.
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
D. Saliang Keterkaitan Antara Masalah-Masalah Pendidikan
Ada dua faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan
perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang kompeten, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
E. Permasalahan Aktual Pendidikan Dan Penanggulangannya
1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia
Permasalahan aktual berupa kesenjangan-kesenjangan antara apa yang
diharapkan dengan hasil yang dapat dicapai dari proses pendidikan yang pada saat ini kita hadapi perlu ditanggulangi secepatnya. Permasalahan aktual pendidikan meliputi masalahmasalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, Pendidikan dasar 9 tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan. Masalah aktual dibagi menjadi dua, yaitu mengenai konsep dan mengenai pelaksanaannya. Misalnya, munculnya kurikulum baru merupakan masalah konsep. Maksudnya, apakah kurikulum tersebut cukup andal secara yuridis dan secara psikologis ataukah tidak. Jika tidak, timbulah masalah pelaksanaan atau masalah operasional.
Berikut masalah aktual pendidikan yang ada di Indonesia:
a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Kemudian dipertegas secara rinci di dalam GBHN butir 2a dan b, tentang arah dan tujuan pendidikan
bahwa yang dimaksud dengan manusia utuh itu adalah manusia yang sehat
jasmani dan rohani, manusia yang memiliki hubungan secara vertikal (dengan Tuhan Yang Maha Esa), horizontal (dengan lingkungan masyarakat), dan
konsentris (dengan diri sendiri) yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi.
Jadi konsepnya sudah cukup baik. Tetapi didalam pelaksanaannya pendidikan
afektif belum ditangani semestinya. Kecenderungan mengarah kepada
pengutamaan pengembangan aspek kognitif.
Hambatan yang dihadapi dalam sistem pendidikan nasional, yaitu diantaranya:
a) Beban kurikulum sudah terlalu sarat
b) Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit, karena dianggap menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru.
c) Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.
d) Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.
b. Masalah Kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah ini ialah bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberi bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang ingin lanjut). Kedua macam bekal tersebut harus sudah ditanam dan diberikan sejak masa prasekolah dan SD, kemudian dasar-dasarnya sudah diperkuat pada SD. Sampai dengan akhir pendidikan
dasar kedua macam bekal dasar tersebut (bekal dasar keilmuan dan bekal kerja)
sudah harus dikantongi baik bagi mereka yang akan belajar lanjut maupun yang
langsung akan terjun ke masyarakat.
Saat ini sisitem pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan kurikulum 1984 (SK No. 0209/U/1984) yang didesain sebagai penyempuraan kurikulum 1975/1976. Pada kurikulum 1984 lebih peduli pada kualitas proses pembelajaran. Untuk itu kurikulum 1984 memberi perhatian yang besar pada CBSA dan keterampilan proses, juga pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dengan memperhitungkan hasilnya sebagai bahan untuk nilai akhir.
Kelebihan konsep kurikulum 1984, antara lain:
a) Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi dan untuk memasuki lapangan kerja.
b) Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan nasional. Memuat pengetahuan minimal dan program khusus yang dapat dipilih
sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.
c) Adanya program pusat dan program daerah (muatan lokal). Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa sengaja kurikulum 1984 menggiring peserta didik untuk beramairamai (karena desakan keadaan) memasuki perguruan tinggi, tanpa melihat secara potensial mampu atau tidak. Selain itu, ada pula masalah pada program muatan lokal, misalnya:
a) Pemilihan meteri muatan lokal yang tepat
b) Penyusunan program
c) Koordinasi pelaksanaan
d) Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.
Semua itu menuntut keterampilan dari para pelaksana dan pembina
pendidikan dilapangan yang harus bergerak sebagai tim dengan ditunjang
kemauan yang besar sebagai tekad bersama.
c. Masalah Peranan Guru
Sejalan dengan pengembangan IPTEK yang pesat dan realisasinya dipandu oleh kurikulum yang selalu disempurnakan, maka guru sebagai suatu
komponen sistem pendidikan juga harus berubah. Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin seorang diri melayaninya. Untuk memandu proses pembelajaran murid ia dibantu oleh sejumlah petugas lainnya seperti konselor (guru BP), pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Seorang guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer), menunjukkan tujuan pembelajaran(direktor),mengorganisasikan kegiatan pembelajaran (koordinator), mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar (komunikator), menyediakan dan memberikan kemudahankemudahan belajar (fasilitator), dan memberikan dorongan belajar (stimulator).
d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun
UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak warga
negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya tamat pendidikan
dasar, dan Pasal 13 menyatakan tujuan pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor
28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP, Pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar pada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN 1993 tentang arah pendidikan nasional butir 26 antara lain mengatakan perlunya peningkatan
kualitas serta pemerataan pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan
dasar. Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan dassar yaitu 9
tahun, kita sudah mengalami langkah maju dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib belajar hanya 6 tahun. Secara konseptual
dan acuan yang diberikan oleh ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan
dengan kebutuhan pembangunan.
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun,
antara lain:
a) Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No. 28 Tahun 1989 masih
harus dicarikan titik temunya dengan PP No. 65 Tahun 1951 yang mengatur
sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut
belum dicabut.
b) Kurikulum yang belum siap
c) Pada masa transisi para pelaksana pendidikan dilapangan perlu disiapkan
melalui bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran, dan lain-lain.
2. Upaya Penanggulangan Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah aktual pendidikan, antara lain:
a. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup
berlangsung hanya secara insidental.
b. Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan
dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun kelulusan.
Untuk itu perlu dikaitkan dengan pemberian insentif pada guru.
c. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan
tinggi dengan yang akan terjun ke masyarakat merupakan hal yang prinsip
karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di
perguruan tinggi.
d. Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberi
perhatian khusus. Karena tenaga kependidikan khususnya guru menjadi
penyebab utama lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk
pemmbangunan.
e. Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi jika dikaitkan dengan
gerakan wajib belajar, perlu diadakan penelitian secara meluas pada
masyarakat untuk menemukan faktor penunjang dan utamanya faktor
penghambatnya.
disimpulkan bahwa permasalahan dalam bidang pendidikan merupakan masalah yang cukup serius maka dari itu dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan belajar pada
jenjang pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha
pemerataan pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan
pembangunan nasional Indonesia. Jadi sistem pendidikan nasional merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua suatu kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional dan di selenggarakan oleh pemerintah swasta di bawah tanggung jawab kemendikbud dan Menteri lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Madi, 2011. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional
Ratnasari, 2021. Permasalahan Aktual Pendidikan Dan Penanggunalangannya
Wahyono. B, 2017. Sumbangan Pendidikan Pada Pembangunan
Windah Amelia, M.Pd. Modul PENGANTAR PENDIDIKAN Kajian Konsep Dan Teori
Komentar